ACL

ACL
LOVING YOU <3

Kamis, 04 Juli 2013

CANDI (PERBEDAAN CANDI HINDHU DAN BUDDHA)

Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.


Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya.

Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan dibangun amat megah, detil, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.

Di Indonesia, candi dapat ditemukan di pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan, akan tetapi candi paling banyak ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan orang Indonesia mengetahui adanya candi-candi di Indonesia yang termasyhur seperti Borobudur, Prambanan, dan Mendut.

Pada suatu era dalam sejarah Indonesia, yaitu dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 tercatat sebagai masa paling produktif dalam pembangunan candi. Pada kurun kerajaan Medang Mataram ini candi-candi besar dan kecil memenuhi dataran Kedu dan dataran Kewu di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Hanya peradaban yang cukup makmur dan terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya sajalah yang mampu menciptakan karya cipta arsitektur bernilai seni tinggi seperti ini. Beberapa candi yang bercorak Hindu di Indonesia adalah Candi Prambanan, Candi Jajaghu (Candi Jago), Candi Gedongsongo, Candi Dieng, Candi Panataran, Candi Selogrio, Candi Pringapus, Candi Singhasari, dan Candi Kidal. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Sewu. Candi Prambanan di Jawa Tengah adalah salah satu candi Hindu-Siwa yang paling indah.  Candi itu didirikan pada abad ke-9 Masehi pada masa Kerajaan Mataram Kuno.

Bagian dari Candi
Candi Buddha
Candi Hindhu
Bentuk bangunan
Cenderung tambun
Cenderung tinggi dan ramping
Atap
Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus.
Kemuncak
Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu)
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha)
Gawang pintu dan hiasan relung
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada
Relief
Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang bali
Tata letak dan lokasi candi utama
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, candi perwara terletak di depan candi utama
Arah hadap bangunan
Kebanyakan menghadap ke timur
Kebanyakan menghadap ke barat
Bahan bangunan
Kebanyakan batu andesit
Kebanyakan bata merah


Bahan candi umumnya terbuat dari sejarah dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah, dan pedagang membawa perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik konstruksi bangunan. Pengaruh asing yang paling kental pada zaman arsitektur klasik adalah India, meskipun pengaruh Cina dan Arab juga termasuk penting. Kemudian pengaruh Eropa pada seni arsitektur mulai masuk sejak abad ke-18 dan ke-19.

 Jenis berdasarkan agama

Candi Jawi yang bersifat paduan Siwa-Buddha tempat pedharmaan raja Kertanegara.

Berdasarkan latar belakang keagamaannya, candi dapat dibedakan menjadi candi Hindu, candi Buddha, paduan sinkretis Siwa-Buddha, atau bangunan yang tidak jelas sifat keagamaanya dan mungkin bukan bangunan keagamaan.
  1. Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Gebang, kelompok candi Dieng, candi Gedong Songo, candi Panataran, dan candi Cangkuang.
  2. Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan bhiksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, candi Sari, candi Plaosan, candi Banyunibo, candi Sumberawan, candi Jabung, kelompok candi Muara Jambi, candi Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.
  3. Candi Siwa-Buddha, candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh: candi Jawi.
  4. Candi non-religius, candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya, contoh: candi Ratu Boko, gapura Bajang Ratu, candi Tikus, candi Wringin Lawang.
Jenis berdasarkan hirarki dan ukuran

Dari ukuran, kerumitan, dan kemegahannya candi terbagi atas beberapa hirarki, dari candi terpenting yang biasanya sangat megah, hingga candi sederhana. Dari tingkat skala kepentingannya atau peruntukannya, candi terbagi menjadi:

  1. Candi Kerajaan, yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran.
  2. Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.
  3. Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

Cerpen " PUTRI YANG MENCARI ANTING-ANTING "

Putri yang Mencari Anting-anting

          Dahulu kala ada seorang putri yang cantik jelita. Putri itu bernama Putri Fiona. Putri Fiona tidak mempunyai teman manusia. Tetapi ia mempunyai sahabat nyamuk dan jangkrik yang sangat setia.
(Nenek, Putri Fiona, namuk, dan jangkrik tertawa)

          Putri Fiona tinggal di tengah hutan. Ia tinggal bersama nenek dan kedua sahabatnya. Suatu hari, sang Putri diberikan anting-anting oleh neneknya. Anting-anting itu selalu ia pakai kemanapun ia berada.

Nenek: “Fiona, sini nenek punya hadiah...”                                                     
Fiona : “Iya, nek.”                                                                               
Nenek: “Ini nenek punya anting-anting buat kamu.”               
Fiona : “Waaah... terima kasih, nek.”                                
Nenek: “Iya, sama-sama. Jaga baik-baik ya.”                      
Fiona : “Iya.”                                                                            
Nyamuk: “Wow! Fiona itu bagus banget. Kamu cantik, deh.”         
Jangkrik: “Iya, cantik. Hati-hati jangan sampai hilang.”

        Suatu ketika saat putri berjalan-jalan di hutan, telinga sang Putri gatal. Sehingga anting-anting putri yang kanan terjatuh dan hilang. Segeralah sang Putri memberitahukan kepada sahabatnya untuk mencari.

Fiona : “Aduh, gatal sekali telingaku yang sebelah kanan.”                         
Nyamuk: “Fiona, ada semut menggigit telingamu!”                                          
(Putri Fiona menggaruk telinganya.)                                                      
Fiona : “Awww!!!”                                                                                     
Jangkrik: “Jangan terlalu digaruk nanti anting-antingmu lepas!”             
(Tingngng... anting-anting sang Putri lepas)                                             
Nyamuk: “Fiona, anting-antingmu lepas!”                                             
Jangkrik: “Iya,,”                                                                                           
Fiona : “Kumohon tolong carikan anting-antingku.”                                         
(sang Putri menangis)
        
         Dan, karena nyamuk dan jangkrik sulit untuk menemukan anting-anting putri, mereka memerintahkan hewan-hewan lainnya untuk mencari. Sehingga, banyak hewan-hewan yang pergi berkeliaran ke tengah kota.

Jangkrik: “Teman-teman berkumpul!!!”                                                                     Nyamuk: “Teman-teman ayo kita cari anting-anting san Putri, kasihan ia menangis                 setiap hari ”                                                                     
Jangkrik: “Ayo, teman-teman!”                                    
 Para hewan: “Ayooo!!!”
                                                       
(di sisi lain....)                                                                 
Nenek: “Sudahlah Fiona jangan menangis...”                                                  
(Fiona tetap menangis)
        
         Sejak hal itu terjadi, banyak nyamuk yang sering terbang mendatangi telinga kita. Karena, nyamuk ingin mencari anting-anting sang Putri. Dan juga semenjak itu, banyak hewan yang di kurung di kebun binatang.


                                                                                                               Tamat

CERPEN " PERSAHABATAN APEL DAN PISANG "

PERSAHABATAN APEL DAN PISANG

          Dulu ada dua buah yang bersahabat. Mereka adalah Apel dan Pisang. Mereka bersahabat sejak tumbuh dari bunga pohonnya masing-masing. Apel suka sekali dengan warna yang tua. Tetapi, Pisang suka warna yang muda. Karena hal itu, menyebabkan Apel menjauhi Pisang. Begini ceritanya.

          Musim salju adalah musim yang Apel dan Pisang sukai. Karena, mereka akan membeli jaket berbulu yang hangat. Selain itu, mereka juga bisa bermain salju seperti, benteng-bentengan dan membentuk boneka salju.

Pukul 09.00 mereka sudah berangkat ke mall bersama-sama. Mereka pergi dengan berjalan kaki. Mereka terlihat semangat dan sangat senang. Mereka juga bernyanyi bersama di sepanjang perjalanan.

          Setelah sampai, tiba-tiba mereka berteriak, “AAAAAAA!!!!! SERBUUU!!!”. Mereka pun langsung masuk ke dalam mall tersebut. Namanya juga masih anak-anak, mereka tidak peduli dengan harga sama sekali. Mereka berkeliaran ke sana- ke mari untuk mencari jaket yang mereka inginkan.

          Setibanya sampai di pusat mall, akhirnya mereka menemukan jaket kembar tersebut. “yes, ada yang kembar!”, kata Pisang. “yaaaahhh... aku kan tidak mau kembar”, Apel pun berkata. Oh iya, Apel dan Pisang memang berbeda warna kesukaannya. Apel kan suka warna yang tua. Sedangkan Pisang suka warna yang muda. Dan jaket tersebut berwarna kuning. Pisang pun berkata, “Apel, jaket kembar ini saja ya.. Lagian kan tidak ada jaket lainnya..”. Apel pun diam saja sambil menangis. Tiba-tiba Apel pulang begitu saja meninggalkan Pisang di dalam mall besar tersebut.

          Keesokan harinya Pisang pergi ke rumah Apel. Pisang akan memberikan jaket berbulu kembar kemarin. Tok tok tok.. Pisang mengetuk pintu rumah Apel. Namun, Apel langsung menutup pintu rumahnya kembali. Sepertinya Apel marah pada Pisang.

          Kemudian Pisang bertemu dengan Jeruk. Ia menceritakan tentang keadaannya dengan Apel. Jeruk pun berkata, “Pisang, itu tak apa. Dia hanya kecewa saja. Sini jaketnya akan aku betulkan. ”. Pisang pun yakin dan mengangguk.

Besoknya Jeruk datang menemui Pisang. Jeruk memberikan jaket kembar kemarin kepadanya. “WOOOWW!!!”, Pisang terkejut. Jaket berbulu yang dulu biasa-biasa saja disulap menjadi jaket berbulu berwarna kuning dengan blink-blink dan hiasan berwarna-warni. “pasti Apel suka...!!”, imbuhnya. Jeruk berkata, “Aaahh.. sebenarnya jaket itu dibaguskan oleh ibuku.”. “terima kasih ya...”, kata Pisang.

          Siangnya Pisang pergi ke rumah Apel. Tok tok tok... Apel membukanya dan mempersilahkan Pisang masuk. Mungkin Apel sudah tidak marah kepada Pisang. Kemudian Pisang menunjukkan Apel jaket berbulu mereka yang baru. “HAAA! Terima kasih Pisang”, kata Apel. Pisang menjawab , “iya, sama-sama...”. Mereka pun berpelukan. Kemudian mereka menjalani musim saljunya dengan gembira.

                                                                                                -TAMAT- 

THAHARAH

THAHARAH

     Menurut bahasa thaharah adalah bersuci dan membersihkan. Tetapi pengertian Thaharah dalam agama Islam yang berkaitan dengan ubudiyah (ibadah) adalah bersuci,  membersihkan sesuatu  dari Najis  atau kotoran. Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah kita harus dalam keadaan bersih dari segala macam najis atau kotoran , yang harus di bersihkan atau dalam kondisi bersih adalah badan, pakaian dan tempat, seperti tempat sholat dan tempat ibdah lainnya.

Dalam agama Islam bersih itu adalah salah satu syarat pada saat ibadah. Karenanya  Islam sangat menganjurkan kebersihan baik fisik maupun mental / perbuatan.    Allah berfirman   dalam Al-Qur’an surat Mudatstsir: 4-5 : “Dan bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan yang kotor (dosa)”.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci lagi bersih.” (QS. A-Baqoroh: 222)
Rasulullah saw pun bersabda tentang kebersihan:
“Dari Abi Said Al-Khudzry r.a. berkata : “Rasulullah SAW  bersabda: Kebersihan itu sebagian dari iman” (HR. Muslim)

Rasulullah saw. bersabda dalam haditsnya: “Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci”. (HR. Muslim) yang di maksud bersuci adalah suci dari hadats dan najis.

          Dalam terminologi Islam, thaharah ada dua macam: thaharah maknawi dan thaharah hissy.

Thaharah maknawi yaitu mensucikan hati dari syirik dan bid'ah dalam beribadah kepada Allah swt, dan dari sifat dendam, hasad, marah, benci dan yang menyerupai hal itu, dalam bergaul dengan hamba-hamba Allah swt dimana mereka tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu
.
Inilah bersuci yang paling agung. Dan hal tersebut diatas lah yang menjadi dasar semua ibadah. Ibadah apapun tidak sah dari seseorang yang hatinya berlumuran syirik, dan bid'ah apapun yang dilakukan hamba  untuk mendekatkan diri kepada -Nya hukumnya tidak sah, yaitu yang tidak disyari'atkan oleh Allah swt. Firman Allah swt:
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. at-Taubah:54)

Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam bersabda:
قال رسول الله e : (مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ )
"Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang tidak ada perintah kami atasnya maka ia ditolak."
Atas dasar inilah, maka orang yang menyekutukan Allah Subhanahuwata’alla secara nyata (syirik akbar), tidak diterima ibadahnya, sekalipun ia shalat, berzakat dan haji. Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah swt atau menyembah selain –Nya, maka sesungguhnya ibadahnya tidak diterima. Sekalipun ia beribadah kepadanya dengan ikhlas hanya karena Allah swt semata, selama ia menyekutukan -Nya dalam bentuk syirik  akbar dari sisi yang lain.
          Karena inilah Allah swt menggambarkan orang-orang musyrik bahwa mereka adalah najis. Firman Allah swt:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis,... (QS. at-Taubah:28)
Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam menafikan najis dari orang yang beriman, seperti dalam hadits:
قال رسول الله e : (إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَيَنْجُسُ )
"Sesungguhnya orang yang beriman tidak najis."
Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman untuk membersihkan hati darinya.
          Demikian pula ia membersihkan hatinya dari sifat iri, dengki, marah dan benci bagi orang-orang yang beriman, karena semua ini adalah sifat yang tercela, bukan akhlak orang yang beriman. Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, tidak membencinya, tidak menyakitinya, tidak dengki kepadanya, akan tetapi ia mengharapkan kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mengharapkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Sehingga Rasulullah menafikan iman dari orang yang tidak menyukai untuk saudara sesuatu yang dia sukai untuk dirinya. Disebutkan dalam hadits:
قال رسول الله e : ( لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ )
Rasulullah bersabda: "Tidak beriman (yang sempurna) seseorang darimu sehingga ia menyukai untuk saudaranya sesuatu yang dia sukai untuk dirinya."
          Kita melihat banyak ahli ibadah, taqwa dan zuhud serta sering pergi ke masjid untuk memakmurkannya dengan membaca al-Qur`an, zikir dan shalat, akan tetapi ia mempunyai sifat iri terhadap sebagian saudara mereka yang muslim atau dengki bagi orang yang diberi nikmat oleh Allah swt. Ini jelas mencemari ibadah yang dilakukannya kepada -Nya. Maka kita semua harus membersihkan hati dari sifat kotor ini terhadap saudara kita sesama kaum muslimin.

Adapun thaharah hissy: yaitu mensucikan badan, dan ia ada dua bagian:
 1) menghilangkan sifat yang menghalangi shalat dan semisalnya dari sesuatu yang disyaratkan baginya bersuci
2) menghilangkan kotoran.
menghilangkan sifat: yaitu mengangkat hadats kecil dan besar dengan cara membasuh empat anggota tubuh dalam hadats kecil, dan membasuh semua anggota tubuh dalam hadats besar. Bisa dengan air bagi yang mampu dan bisa juga dengan tayammum bagi orang yang tidak mampu memakai air. Dalam hal ini Allah swt menurunkan firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. al-Maidah:6)

          Adapun jenis yang kedua: yaitu thaharah dari najis, yaitu setiap benda yang diwajibkan kepada hamba agar menjauhkan diri darinya dan bersuci darinya, seperti kencing, kotoran dan semisal keduanya yang dijelaskan oleh syari'at tentang najisnya. Karena inilah para ahli fikih berkata: thaharah bisa jadi dari hadats dan bisa jadi dari najis. Dan menunjukkan bagi jenis ini, maksud saya thaharah dari kotoran, hadits yang diriwayatkan oleh ahlus sunan, bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi awassalm shalat bersama para sahabatnya pada suatu hari. Lalu beliau melepaskan sandalnya maka para sahabat melepaskan sandal mereka. Maka tatkala Nabi Muhammad Salallahu’alaihi awassalm berpaling (setelah salam), beliau  bertanya kepada mereka: "Kenapa mereka melepas sandal mereka? Mereka menjawab: 'Kami melihat engkau melepaskan sandal maka kami melepaskan sandal kami. beliau bersabda:
قال رسول الله e : ( إِنَّ جِبْرِيْلَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيْهِمَا أَذًى )
Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya Jibril alaihi sallam datang kepadaku seraya mengabarkan bahwa pada kedua ada adza."  Maksudnya ada kotoran.


Di samping kebersihan terhadap jasmani – tempat dan pakaian, agama Islam juga mengharuskan ummatnya untuk bersih hadats. Hadats adalah kondisi suci (bukan fisik) sebagai syarat untuk melakukan ibadah terutama sholat.  Hadats ini tergolong dalam dua tingkatan; hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah kondisi tidak suci yang disebabkan oleh beberapa hal seperti, buang air besar maupun kecil, menyentuh kemaluan atau dubur dengan telapak tangan dan lain-lain. Sedangkan hadats besar adalah kondisi tidak suci yang di sebabkan oleh hubungan seksual, menstruasi, keluarnya darah nifas dan lain sebagainya termasuk gila dan keluar dari islam (murtad).