ACL

ACL
LOVING YOU <3

Kamis, 04 Juli 2013

THAHARAH

THAHARAH

     Menurut bahasa thaharah adalah bersuci dan membersihkan. Tetapi pengertian Thaharah dalam agama Islam yang berkaitan dengan ubudiyah (ibadah) adalah bersuci,  membersihkan sesuatu  dari Najis  atau kotoran. Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah kita harus dalam keadaan bersih dari segala macam najis atau kotoran , yang harus di bersihkan atau dalam kondisi bersih adalah badan, pakaian dan tempat, seperti tempat sholat dan tempat ibdah lainnya.

Dalam agama Islam bersih itu adalah salah satu syarat pada saat ibadah. Karenanya  Islam sangat menganjurkan kebersihan baik fisik maupun mental / perbuatan.    Allah berfirman   dalam Al-Qur’an surat Mudatstsir: 4-5 : “Dan bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan yang kotor (dosa)”.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci lagi bersih.” (QS. A-Baqoroh: 222)
Rasulullah saw pun bersabda tentang kebersihan:
“Dari Abi Said Al-Khudzry r.a. berkata : “Rasulullah SAW  bersabda: Kebersihan itu sebagian dari iman” (HR. Muslim)

Rasulullah saw. bersabda dalam haditsnya: “Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci”. (HR. Muslim) yang di maksud bersuci adalah suci dari hadats dan najis.

          Dalam terminologi Islam, thaharah ada dua macam: thaharah maknawi dan thaharah hissy.

Thaharah maknawi yaitu mensucikan hati dari syirik dan bid'ah dalam beribadah kepada Allah swt, dan dari sifat dendam, hasad, marah, benci dan yang menyerupai hal itu, dalam bergaul dengan hamba-hamba Allah swt dimana mereka tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu
.
Inilah bersuci yang paling agung. Dan hal tersebut diatas lah yang menjadi dasar semua ibadah. Ibadah apapun tidak sah dari seseorang yang hatinya berlumuran syirik, dan bid'ah apapun yang dilakukan hamba  untuk mendekatkan diri kepada -Nya hukumnya tidak sah, yaitu yang tidak disyari'atkan oleh Allah swt. Firman Allah swt:
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. at-Taubah:54)

Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam bersabda:
قال رسول الله e : (مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ )
"Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang tidak ada perintah kami atasnya maka ia ditolak."
Atas dasar inilah, maka orang yang menyekutukan Allah Subhanahuwata’alla secara nyata (syirik akbar), tidak diterima ibadahnya, sekalipun ia shalat, berzakat dan haji. Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah swt atau menyembah selain –Nya, maka sesungguhnya ibadahnya tidak diterima. Sekalipun ia beribadah kepadanya dengan ikhlas hanya karena Allah swt semata, selama ia menyekutukan -Nya dalam bentuk syirik  akbar dari sisi yang lain.
          Karena inilah Allah swt menggambarkan orang-orang musyrik bahwa mereka adalah najis. Firman Allah swt:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis,... (QS. at-Taubah:28)
Dan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam menafikan najis dari orang yang beriman, seperti dalam hadits:
قال رسول الله e : (إِنَّ الْمُؤْمِنَ لاَيَنْجُسُ )
"Sesungguhnya orang yang beriman tidak najis."
Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman untuk membersihkan hati darinya.
          Demikian pula ia membersihkan hatinya dari sifat iri, dengki, marah dan benci bagi orang-orang yang beriman, karena semua ini adalah sifat yang tercela, bukan akhlak orang yang beriman. Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, tidak membencinya, tidak menyakitinya, tidak dengki kepadanya, akan tetapi ia mengharapkan kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mengharapkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Sehingga Rasulullah menafikan iman dari orang yang tidak menyukai untuk saudara sesuatu yang dia sukai untuk dirinya. Disebutkan dalam hadits:
قال رسول الله e : ( لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ )
Rasulullah bersabda: "Tidak beriman (yang sempurna) seseorang darimu sehingga ia menyukai untuk saudaranya sesuatu yang dia sukai untuk dirinya."
          Kita melihat banyak ahli ibadah, taqwa dan zuhud serta sering pergi ke masjid untuk memakmurkannya dengan membaca al-Qur`an, zikir dan shalat, akan tetapi ia mempunyai sifat iri terhadap sebagian saudara mereka yang muslim atau dengki bagi orang yang diberi nikmat oleh Allah swt. Ini jelas mencemari ibadah yang dilakukannya kepada -Nya. Maka kita semua harus membersihkan hati dari sifat kotor ini terhadap saudara kita sesama kaum muslimin.

Adapun thaharah hissy: yaitu mensucikan badan, dan ia ada dua bagian:
 1) menghilangkan sifat yang menghalangi shalat dan semisalnya dari sesuatu yang disyaratkan baginya bersuci
2) menghilangkan kotoran.
menghilangkan sifat: yaitu mengangkat hadats kecil dan besar dengan cara membasuh empat anggota tubuh dalam hadats kecil, dan membasuh semua anggota tubuh dalam hadats besar. Bisa dengan air bagi yang mampu dan bisa juga dengan tayammum bagi orang yang tidak mampu memakai air. Dalam hal ini Allah swt menurunkan firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. al-Maidah:6)

          Adapun jenis yang kedua: yaitu thaharah dari najis, yaitu setiap benda yang diwajibkan kepada hamba agar menjauhkan diri darinya dan bersuci darinya, seperti kencing, kotoran dan semisal keduanya yang dijelaskan oleh syari'at tentang najisnya. Karena inilah para ahli fikih berkata: thaharah bisa jadi dari hadats dan bisa jadi dari najis. Dan menunjukkan bagi jenis ini, maksud saya thaharah dari kotoran, hadits yang diriwayatkan oleh ahlus sunan, bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi awassalm shalat bersama para sahabatnya pada suatu hari. Lalu beliau melepaskan sandalnya maka para sahabat melepaskan sandal mereka. Maka tatkala Nabi Muhammad Salallahu’alaihi awassalm berpaling (setelah salam), beliau  bertanya kepada mereka: "Kenapa mereka melepas sandal mereka? Mereka menjawab: 'Kami melihat engkau melepaskan sandal maka kami melepaskan sandal kami. beliau bersabda:
قال رسول الله e : ( إِنَّ جِبْرِيْلَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيْهِمَا أَذًى )
Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya Jibril alaihi sallam datang kepadaku seraya mengabarkan bahwa pada kedua ada adza."  Maksudnya ada kotoran.


Di samping kebersihan terhadap jasmani – tempat dan pakaian, agama Islam juga mengharuskan ummatnya untuk bersih hadats. Hadats adalah kondisi suci (bukan fisik) sebagai syarat untuk melakukan ibadah terutama sholat.  Hadats ini tergolong dalam dua tingkatan; hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil adalah kondisi tidak suci yang disebabkan oleh beberapa hal seperti, buang air besar maupun kecil, menyentuh kemaluan atau dubur dengan telapak tangan dan lain-lain. Sedangkan hadats besar adalah kondisi tidak suci yang di sebabkan oleh hubungan seksual, menstruasi, keluarnya darah nifas dan lain sebagainya termasuk gila dan keluar dari islam (murtad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar